Fasilitas Ekslusif bagi Penikmat Dzikir
A |
lhamdulillah syukur kita kepada Allah karena telah menciptakan tangga yang bisa dipakai untuk menuju kepada-Nya. Tangga itu kini tengah dinaiki step-by-step. Tidaklah salah memilih majlis dzikir sebagai salah satu tangga yang Insya Allah dapat sampai kepada tujuan.
Ketiga golongan yang dimaksud Allah yang terdapat dalam ayat :
فمنهم ظالم لنفسه ومنهم مقتصد ومنهم سابق بالخيرات بإذن الله ذلك هو الفضل الكبير
…. lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Adalah sbb..
Tafsir 3 Golongan
Ada tiga macam golongan yang dikategorikan dalam ayat di atas: Dholim Linafsih, Muqtashid dan Sabiq lilkhoirot. Adapun pengertian masing-masing menurut para mufassirin berbeda pendapat. Tafsir Al Qurthubi banyak sekali mengutip. Di bawah ini dikutip beberapa saja diantaranya adalah: Tafsir 3 Golongan
Menurut Sahal bin Abdullah: Sabiq adalah orang alim; Muqtasid adalah muallim (guru) dan Dholim untuk orang yang bodoh.
Tafsir Tasawuf
Adapun menurut penafsiran orang sufi seperti Dzunun al Misri menghartikan Dholim adalah mereka yang berdzikir dengan lisan; Muqtashid mereka yang berdzikir dengan hati dan Sabiq mereka yang berdzikir tanpa lupa dengan Allah. Seperti tersebut dalam Kitab Nuzhatul Majaalis Imam Ahmad bin Athaillah Assakandari mengartikan tiga golongan tersebut sebagai berikut:
Pertama, ظالم لنفسه (menganiaya diri) adalah mereka yang berdzikir dengn lisan tapi hatinya lupa dengan Allah; yaitu melakukan dzikir namun sama sekali hatinya mengembara kemana-mana atau tidak konsentrasi. Dzikir ini dilakukan dengan lisan dan hatinya tidak hadir. Berdzikir namun masih lupa dengan Allah, disebut mendzolimi diri sendiri.
Kedua, مقتصد (pertengahan) Dzikir dengan lisan, secara pertengahan; yaitu dzikir melalui lisan, namun hatinya betul-betul ingat kepada Allah dan faham apa yang diucapkan oleh lisan.
Ketiga سـابق بالخيرات adalah penikmat dzikir tingkat elit; yaitu dzikirnya orang-orang yang tidak pernah lepas dengan Allahu-Allah dimanapun berada, dalam kondisi senang maupun susah. Dalam berdzikir bukan saja dengan lisan namun seluruh tubuhnya berdzikir kepada Allah. Meskipun dalam keadaan kaget, misalnya melihat piring pecah ‘praang!’ hatinya bahkan berkata: ‘ooh… mungkin Allah tengah bekehendak piring itu pecah’ Hatinya sama sekali tidak mau bergeming terus melafalkan Allaahu-Allah. Singkatnya, jenis dzikir seperti ini memberi manfaat penikmatnya. Dalam hitungan detik mereka tidak pernah melewati waktu kosong dari dzikir kepadaNya.
Fasilitas Ekslusif
Imam Ibnu Athaillah Assaakandary menjelaskan bahwa ketiga penikmat dzikir tersebut masing-masing memperoleh fasilitas ekslusif dari Allah swt sesuai dengan gayanya.
1. Nurul Hidayah
Fasilitas ini untuk dholimu linafsih, penikmat dzikir lisan namun hatinya tidak berdzikir. Mereka akan dianugerhi Nurul Hidayah yaitu cahaya Allah sebagai penunjuk jalan kebenaran bagi orang tersebut. Jika sudah memperoleh Nurul Hidayah, menurut Ibnu Athaillah, Allah akan memberikan keistimewaan terbebas dari segala macam bentuk syirik.
2. Nurul Kifayah
Fasilitas ini untuk penikmat dzikir gaya kedua yaitu orang-orang muqtasid (pertengahan). Mereka adalah Penikmat Dzikir dengan Lisan dan Hati. Setiap orang yang berdzikir dengan gayaini, menurt Ibnu Athaillah akan diberikan fasilitas dari Allah berupa Nur Kifayah. Nur ini langsung diberikan Allah sehingga orang yang memilikinya mendapatkan kemam-puan secara lahir dan batin untuk tidak mengerjakan dosa-dosa besar dan tindakan yang dhalim lainnya.
3. Nurul Inayah
Nur ini diberikan untuk Penikmat Dzikir di Hati tanpa henti. Setiap orang yang mengerjakan dzikir di hati dan tidak bergeming sedikitpun terhadap keadaan sekelilingnya yang menggoda. Meskipun gangguan fisik dan perasaan menghantui terus-menerus. Maka dengan kehebatan tingkatan dzikir ketiga ini, menurut Ibnu Athaillah, Allah anugerahi Nurul Inayah. Suatu kemampuan yang diberikan Allah sehingga orang ini terjaga baik perbuatan, perkataan, bahkan lintasan dan bisikan hati yang mengajak kepada kealpaan dan hal-hal yang merusak.
Dimana posisi kita
Nabi Adam as pernah mengalami posisi pertama, ظالم لنفسه atau menganiaya diri (QS. Al A’raf: 23) sehingga beliau dikeluarkan Allah dari syurga. Kalimat dhalama nafsah terdapat dalam kalimat pengaduan Adam as kepada Allah swt.
Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.
Abu Bakar ra. memohon diajari do’a dalam shalat, kemudian Nabi saw memberikan do’a mengandung ungkapan ظالم لنفسه:
اللهم إني ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذنوب إلا أنت… (رواه البخاري(
Dari uraiaan di atas dimana posisi kita sudah dapat diketahui. Dalam posisi bagaimanakah kita dalam berdzikir. Apakah berdzikir dengan model pertama. Dimana lisan berdzikir tapi hati lupa. Biasanya dzikir jenis ini dikarenakan banyak masalah pribadi sehingga tidak bisa konsentrassi. Namun meski demikian, tidak perlu hawatir sebab bahaya orang yang tidak berdzikir lebih besar daripada berdzikir namun lupa dengan Allah. Karena itu teruslah berusaha dzikir Khafi karena Insya Allah nur hidayah akan menyertai. Dari mendapatkan Nur Hidayah kemudian akan meningkat menjadi Nur Kifayah dan terkahir Nur Inayah. Semua Nur ini akan diturunkan Allah kepada siapa yang dikehendaki. Nur ini sangat penting sebagai cahaya dan pelita kehidupan dan merupakan penerang dalam rangka menaiki tangga menuju Allah swt. Firman Allah:
"Barangsiapa yang tidak diberi nur oleh Allah maka ia tidak mempunyai nur."
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang Telah mendapat petunjuk.
Semoga kita semua termasuk yang menadapat petunjuk Fasilitas Ekslusif dari Allah. Amin. Wallahu a’lam bimuroodih.
Ada pula yang mengartikan bahwa dholim adalah mereka yang tidak sabar bila terkena musibah; muqtashid mereka yang sabar dan bagi sabiq justeru mereka yang menikmati bala (cobaan) dari Allah swt. Ada pula yang mengartikan dholim orang yang meminta kekayaan berupa harta; muqtashid mereka yang meminta kekayaan agamanya dan sabiq mereka yang memohon kekayaan Tuhannya. Adapula yang menerjemahkan dengan pengamalan al Qur’an: bagi orang dholim mereka yang membaca al-Qur’an tapi tidak mengamalkannya; Muqtashid mereka yang membaca sekaligus mengamalkannya dan bagi Sabiq, mereka yang membaca dan sekaligus mengamalkan serta mengetahui betul isi kandungannya.
Surat Fathir: 32. Allah berfirman:
Para guru/syekh sering memberikan nasehat agar tetap berdisiplin dalam menjalani dan menaiki tangga ini. Selain itu Allah swt. akan memberikan fasilitas ekslusif kepada mereka yang berusaha menaiki tangga menuju Tuhan.
0 komentar:
Posting Komentar